Ingatkah
kita akan cerita yang sangat populer, yitu cerita Ashabul Kahfi?.
Sebuah cerita yang Insya Allah akan terus populer hingga akhir zaman.
Cerita Ashabul Kahfi ini, dalam Al Quran dituangkan dalam surat Al
Kahfi.
Sebetulnya
terdapat tiga kisah yang dituangkan dalam Surat Al Kahfi yaitu kisah
Ashabul Kahfi, kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS, serta kisah
Dzulqarnain. Penamaan surat dengan merujuk pada kisah Ashabul Kahfi
tentunya bukan merupakan suatu yang tidak disengaja, tetapi sesuatu yang
memang disengaja dan mempunya makna serta maksud tertentu. Dan kita
mempunyai kewajiban untuk memberikan perhatian pada makna dan pesan dari
cerita Ashabul Kahfi.
Cerita Ashabul
Kahfi diceritakan dengan lengkap oleh sahabat Nabi Muhammad SAW, yatu
Ali bin Abi Thalib KW ketika menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan
oleh para Pendeta Yahudi, yang salah satu pertanyaannya adalah mengenai
kisah Ahsabul Kahfi. Cerita bagaimana Ali bin Abi Thalib KW menjawab
berbagai pertanyaan para Pendeta Yahudi tersebut dapat dibaca dalam
tulisan yang berjudul “Ashabul Kahfi : Menyepi Menyelamatkan Iman“.
Secara singkat
kisah singkat Ashabul Kahfi dapat disampaikan sebagai berikut : Ashabul
Kahfi adalah nama sekelompok orang beriman, berjumlah 7 orang dan 1
anjing, yang hidup pada masa Raja Diqyanus di Romawi, yaitu pada masa
beberapa ratus tahun sebelum diutusnya Nabi Isa AS. Mereka hidup
ditengah masyarakat penyembah patung dengan seorang raja yang dzalim.
Jika sang raja mengetahui ada sekelompok orang yang tidak menyembah
berhala, maka sang raja akan sangat marah lalu memanggil mereka dan
memerintahkan mereka untuk mengikuti kepercayaan sang raja.
Tapi Ashabul
Kahfi mempunyai keyakinan bahwa Allah SWT adalah tuhan semesta alam dan
hanya Allah SWT yang patut disembah. Untuk mempertahankan keimanannya
maka mereka melarikan diri, sehingga mereka sampai di sebuah gua yang
kemudian dipakai sebagai tempat persembunyian. Dengan izin Alloh SWT,
mereka kemudian ditidurkan selama 309 tahun di dalam gua, dan dihidupkan
kembali ketika masyarakat dan raja mereka sudah berganti menjadi
masyarakat dan raja yang beriman kepada Alloh SWT.
Setelah
dihidupkan kembali salah seorang dari mereka yaitu Tamlikha pergi ke
kota untuk mencari makanan bagi mereka yang mulai merasa lapar. Tetapi
keadaan kota telah berubah sehinga Tamlikha ditangkap dan dihadapkan
kepada raja karena dianggap menemukan harta karun berupa uang dirham
lama. Setelah Tamlikha dapat menunjukkan bahwa dirinya bukan penemu
harta karun maka penduduk kota menghormatinya sebagai orang suci.
Tamlikha
diantar oleh para bangsawan dan penduduk kota kembali ke gua, tetapi
ketika sudah dekat dengan gua Tamlikha meminta untuk dibiarkan
mendatangi sahabat-sahabatynya terlebih dahulu secara sendiri. Setelah
mendengar cerita Tamlikha, sahabat-sahabatnya dan Tamlikha berdoa kepada
Allah SWT untuk mencabut nyawa mereka kembali dan Allah SWT mengabulkan
doa tersebut dan menutup pintu masuk gua sehingga tidak dapat ditemukan
oleh para pengantar Tamlikha.
Kisah Ashbaul
Kahfi memberikan banyak pelajaran yang dapat dipetik oleh seluruh
manusia, pelajaran utama yang dapat diambil adalah ketauhidan, belajar
dari alam, berhijrah, uang dirham dan makan makanan yang halal serta
baik.
Tamlikha dan
para sahabatnya termasuk anjing yang menyertai mereka memahami betul
akan sifat-sifat Allah SWT yang tidak dapat dipersamakan dengan manusia
dan yang lainnya. Karena Allah SWT adalah Khaliq, sang Maha Pencipta,
sementara manusia dan yang lainnya adalah Mahluk. Allah SWT yang
menghidupkan dan mematikan, Allah SWT yang memberikan rizki, hanya Allah
SWT yang mampu memberikan petunjuk dan pertolongan. Hanya Allah SWT
yang patut disembah tiada lagi tuhan selain Allah SWT. Mereka mempunyai
keimanan yang sangat kuat bahwa tuhan adalah Allah SWT yang menciptakan
seluruh alam semesta dan hanya kepada Allah SWT mereka menyembah dan
meminta pertolongan.
“(13).
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya
mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami
tambah pula untuk mereka petunjuk. (14). dan Kami meneguhkan hati mereka
diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan Kami adalah
Tuhan seluruh langit dan bumi; Kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan
selain Dia, Sesungguhnya Kami kalau demikian telah mengucapkan Perkataan
yang Amat jauh dari kebenaran". (15). kaum Kami ini telah menjadikan
selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). mengapa mereka tidak
mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? siapakah
yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah?.” [Q.S Al Kahfi (18) : 13-15]
“(5). hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” [Q.S Al Faatihah (1) : 5]
Keimanan
Tamlikha yang diikuti oleh sahabat-sahabatnya, diperoleh dengan
mentaddaburi alam. Tamlikha merenungi langit, bumi dan dirinya sendiri.
Hasil perenungan itu memberikan pemahaman dan keimanan yang sangat kuat
bahwa Allah SWT adalah pencipta seluruh alam.
“(17). dan
kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke
sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah
kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. itu
adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang
diberi petunjuk oleh Allah, Maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
Barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan
seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” [Q.S Al Kahfi (18) : 17]
“(269).
Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran
dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang
banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah).” [Q.S Al Baqaraah (2) : 269]
“(190).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” [Q.S Al Imran (3) : 190]
“(54).
makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang
berakal.” [Q.S Thaahaa (20) : 54]
“(128).
Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrikin) berapa
banyaknya Kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, Padahal mereka
berjalan (di bekas-bekas) tempat tinggal umat-umat itu? Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” [Q.S Thaahaa (20) : 128]
“(28). Dia
membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara
hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam
(memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; Maka kamu sama
dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada
mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami
jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.” [Q.S Ar Ruum (30) : 28]
“(5). dan
pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari
langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya;
dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang berakal.” [Q.S Al Jaatsiyah (45) : 5]
Demi menjaga
keimanan mereka, merekapun bersepakat pergi bersama-sama ke sebuah
tempat dimana tidak ada lagi yang bisa mengganggu keimanan mereka dan
tidak ada lagi yang menghalangi mereka untuk berbakti dan beribadag
kepada Allah SWT. Mereka berhijrah ke tempat yang sunyi dipinggiran kota
(pinggiran negara).
“(10).
(ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam
gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada
Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam
urusan Kami (ini)". (11). Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun
dalam gua itu, (12). kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami
mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam
menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).” [Q.S Al Kahfi (18) : 10-12]
Dengan
berhijrah mereka mendapatkan bantuan dan pertolongan dari Allah SWT yang
pertama berbentuk keimanan yang bertambah kuat dan kemudian kemudahan
dalam memperoleh rizki.
“(16). dan
apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain
Allah, Maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu
akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu
yang berguna bagimu dalam urusan kamu. .” [Q.S Al Kahfi (18) : 16]
Cerita Ashabul
Kahfi bisa menjadi cermin bagi kita dalam menapaki kehidupan didunia
saat ini. Apakah kita bisa menggapai tauhid? Apakah kita bisa
mempertahankan ketauhidan kita? Apakah tempat kita tinggal tidak akan
merongrong ketauhidan kita? Apakah pekerjaan kita tidak akan
menggoyahkana ketauhidan kita? Apakah gaya hidup kita tidak akan
mencemari ketauhidan kita?.
Sheikh Imran
Hosein dalam salah satu ceramahnya menguraikan penjelasan mengenai Al
Kahfi dengan sangat menarik dan menyentuh. Ceramahnya menjelaskan
keterkaitan surat Al Kahfi dengan keadaan dunia masa kini. Video
tersebut dapat anda liat di www.youtube.com.
Mungkinkah suatu saat, atau mungkinkah
saat ini, kita harus memilih menjadi manusia gua dari pada hidup di
perkotaan demi menjaga ketauhidan kita?. Mengapa terasa berat hati ini
dalam mengikuti jejak Ashabul Kahfi?. Semoga Allah SWT selalu melindungi
dan membimbing kita semuanya di jalan yang benar. Amin.
Segala Puji Bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam.
0 komentar:
Posting Komentar