Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 05 Agustus 2012

Pohon Pisangku Ditebang Orang

Menunggu pisang yang hampir matang emang kebiasaan para petani, terlebih jika pisang itu banyak dan siap untuk dipanen. Apapun alasannya pisang-pisang itu jika sudah tua akan dijual ke pasar terdekat, itulah harapan Pak Kardi. Kenyataanya pisang di ladangnya belum layak panen jadi harus menunggu beberapa hari lagi. Sambil menunggu ia bolak-balik dua hari sekali, sambil mengolah sebagaian ladangnya yang sudah tidak ditanami apa-apa. Esok hari dan seterusnya terus begitu, ia sangat rajin.

Apa yang dilakukan Pak Kardi memang cukup melelahkan, selain harus memantau keadaan pohon pisangnya. Ia juga harus memperhatikan sawah miliknya tak jauh dari rumahnya. Seringkali ia merasa kelelahan, sedangkan ia sudah renta dan keadaan tubuhnya kian tak layak lagi bagi seumuran beliau. Semangatnya sangat hebat sekali, anak muda pun kalah dan ia punya energi hidup atau etos kerja yang baik.

Sedangkan dulu, ia selalu dibantu kedua anaknya kerja di ladang. Namun selepas anak-anaknya lulus dari sekolah dan kerja di kota, Pak Kardi semakin kerepotan dan berharap salah satu anaknya bisa pulang untuk menggantikan dirinya.

Seminggu kemudian ia mencoba menjenguk ladangnya yang penuh pohon pisang, tiba-tiba ia kaget melihat seseorang sedang menebang pisangnya. Ia bergegas meberanikan dir menyapanya.

"Wah pisangnya sudah matang tuh, mau dipanen ya?" Pak Kardi berpura-pura bukan pemiliknya.
"ia nih Pak" Jawab pencuri itu, sambil senyum-senyum.

Sengaja Pak Kardi membiarkan saja, ia ingin tau berapa pohon yang ditebang dan sambil memperhatikan orang yang nebang itu. Ia sangat mengenalinya, ternyata masih satu kampung. Kemudian ia mencoba memberi tahu pencuri itu bahwa ladang dan pohon pisang milik Pak Kardi.

"Pak, tau gak pisang ini milik siapa?" Ia tampak emosi..
"Enggak pak" sambil menunduk si pencurinya
"Ini ladang punya saya, masa masih satu kampung tidak tahu" ia menjelaskan masih bernada sopan.
"Masa Pak, maaf" si pencuri wajahnya langsung pucat dan bergegas pulang tanpa menghiraukan pisang yang ditebangnya karena ketakutan.

Diambillah kedua pisang itu oleh Pak Kardi, ia tidak bicara panjang lebar. Kejadian itu tak mau dibahas lagi, karena masih untung pisangnya tidak hilang. Sekarang harus berhati-hati lagi, agar pisang-pisang yang siap panen tidak hilang begitu saja seperti peristiwa tadi. Kemudian ia pulang dengan membawa pisangnya dengan segenap harapan agar laku dijual.

0 komentar:

Posting Komentar